Berkunjung ke Dispusibda Purwakarta & Baca buku Movielife Book karya Rosalia Destarisa dan Diah Rahmawati - Review

Gambar pribadi 

Sudah lama saya tidak pergi ke Perpustakaan Purwakarta, akhirnya di libur semester ini kesampaian juga ke sana. Dari rumah nenek saya yang di Sadang, saya cukup sekali naik angkot 01 dan turun di depan gedung PLN, lalu menyebrang dan sampailah di Dispusibda Purwakarta, tepat disampingnya adalah Stasiun Kereta Api Purwakarta.

Waktu pertama ke sini kalau tidak salah sekitar libur semester 1, sekarang sudah liburan semester 3. Lumayan lama juga ya nggak ke sana.

Dan waktu saya masuk ke perpustakaan, saya disambut oleh adik-adik SMK yang sedang PKL di meja resepsionis. Di situ saya notice kalau bangunan ini dalamnya sudah di re-design, temboknya ditempel wallpaper peta, lalu di ruang baca anak juga dipasang wallpaper laut-laut gitu, jadi terlihat berwarna dan bagus.

Btw, saya masuk ke sana menggunakan kartu anggota nenek saya, hehe. 

Jadi waktu ke sini pertama kali saya ditemani oleh nenek dan saudara yang masih kecil, awalnya saya hanya membaca di tempat, tapi kemudian diberitahukan perpustakaan ingin ditutup sementara (istirahat) dan bakal dibuka lagi jam 1 siang (tutupnya sekitar jam 11-an), dan para pengunjung diharapkan untuk keluar (saya sedikit mengeluh soal ini, nanti saya bahas di akhir halaman).

Kami merasa jeda waktu itu terlalu lama, jadi memutuskan untuk pulang, dan posisi saya yang lagi baca buku waktu itu sudah ada di tengah-tengah, mau tak mau saya relakan buku itu dan menaruhnya di bookdroped.

Tapi nenek saya bilang gakpapa pinjam saja bukunya. Namun karena yang bisa jadi anggota hanya warga domisili Purwakarta saja, alhasil nenek sayalah yang mendaftar menjadi anggota, dan mencetak kartu anggota Dispusibda Purwakarta.

Makanya waktu kemarin ke sana lagi sendirian, saya cukup membawa kartu nenek saya, wkwk. Sudah bilang, sih, ke staff kalau izin pakai kartu anggota milik nenek karena saya bukan orang Purwakarta, dan ternyata boleh!

Lanjut … sebenarnya gak ada tujuan khusus saya ke perpustakaan, dan gak ada buku spesifik juga yang mau dicari. Saya hanya ingin memuaskan rindu dengan suasanya yang nyaman, perpustakaan ini memang tidak terlalu besar, dan kerap kali saya dapati klasifikasinya tidak berurutan, tapi saya tetap senang karena koleksi di sana yang beragam.

Begitu masuk gedung dan scan kartu anggota (btw, sebelumnya harus lepas sepatu dulu, ya!) saya langsung berbelok ke ruang baca remaja, soalnya di sana banyak novel juga buku pengembangan diri.

Saya menelurusi hampir tiap rak, khususnya bagian fiksi remaja, hingga dapatlah judul buku yang mengugah hati saya.

Judulnya adalah Movielife book: What You Do if Your Life Was a Movie? Karya Rosalia Destarisa dan Diah Rahmawati, dan buku A Librarian’s Diary karya Athira Marsya.

Buku pertama yg saya baca itu habis di tempat. Isinya kurang lebih berupa kumpulan kalimat motivasi yang menggabarkan gimana, sih, kehidupan kita kalau misalnya hidup ini adalah film?

Gambar pribadi

Banyak quotes dari berbagai film yg dikutip ke dalam buku itu, juga kata-kata penyemangat hidup, yaa … tidak jauh soal cinta, keluarga, menghargai hidup saat ini, dan lain-lain. Selain itu di tiap akhir bab juga ada worksheet yang bisa diisi, misalnya kita disuruh menggambar sesuatu, menulis pengalaman, atau mengisi list tertentu.

Gambar pribadi

Mungkin karena sudah cukup sering membaca atau mendengar kalimat motivasi jadi saya merasa buku ini sama saja seperti buku motivasi kebanyakan, yang mana ketika membacanya saya merasa familiar dengan tipe-tipe kalimat seperti itu. 

Gambar pribadi

Eits, tapi bukan berarti gak bagus lohh yaaaa …

Buku ini juga membuat saya betah membacanya karena ilustrasinya yang memanjakan mata, penuh warna soft yg enak dilihat dan cartoonist gitu.

Ada beberapa halaman yang saya sampai menghela nafas dan merenung, melihat sekeliling, lalu lanjut membaca lagi. 

Well, buku itu membuat saya meneleaah lagi masa lalu, dan setelahnya sengangguk sambil bilang, “Benar juga.” Dan jujur, menurut saya buku Movilife Book ini juga menjadi salah satu pemicu saya dalam mengembangkan tulisan saya ini!

OH IYA! Tadi saya sempat ngeluh soal gedung Dispusipda Purwakarta ini. Jadi gini, menurut saya gedungnya sudah bagus, perpustakaannya sudah nyaman, adem pula!

Kekurangannya yaa … paling masih ada bocil-bocil yang kalau ngomong tuh beuh … nyaring, tapi untunglah masih ada pengunjung lain atau pustakawan yang senantiasa mengingatkan dengan berkata “SSSTTTT!!” yang keras 😅.

Nah, yang mau saya keluhkan adalah perihal jam pelayanan dan toilet.

Untuk jam pelayanannya perpustakaan ini buka mulai dari jam 8.00-15.00 setiap hari Senin-Kamis, dan 9.00-15.30 di hari Jumat. Namun dari jam 11.30 mereka tutup sementara karena istirahat dan buka lagi di jam 13.00.

Sebentarnya bagus untuk jam istirahat bagi pustakawan ini, cuman saya kurang setuju kalau ada pemustaka (pengunjung perpustakaan) yang lagi enak-enak membaca malah disuruh keluar karena jam istirahat. 

Misal kalau ada pengunjung dari luar mau masuk di jam istirahat gakpapa tuh ditahan dulu, bilang “Mohon maaf kami sedang istirahat, bisa kembai lagi nanti di jam 1 siang,” gitu. Tapi untuk pemustaka yang sudah ada di dalam perpustakaan, biarkan saja, mereka hanya membaca kan?

Lalu satu lagi, toilet. Bagi saya toilet yang bersih itu gak kalah penting, penting banget malah.

Jadi kan letak toilet dan mushola ini di luar gedung, saya gak masalah untuk itu, saya juga pernah izin ke adik PKL itu kalau ke toilet maka tidak perlu scan kartu lagi (tapi izin dulu kalau mau ke toilet, soalnya nanti disangka kita selesai berkunjung).

Nah, saya pikir karena bangunan perpustakaan yang re-design, toiletnya juga re-design. Rupanya tidak.

Ketika saya kebelet dan ke toilet ternyata tampilannya masih sama kayak waktu pertama kali ke sana, yakni lampu remang-remang nyaris gelap, dan air di lantai yang menggenang. 

Toilet ini ada tiga bilik, dan cuman ada satu bilik yang lampunya terang, dua bilik lainnya dan area wastafel gelap, dan salah satu bilik itu ada tulisan “Rusak!”. 

Alhamdulillah-nya air di toilet itu mengalir dan terlihat jernih. Tapi saya tidak tahu itu toilet laki-laki atau perempuan karena hanya ada panah bertuliskan “Toilet Pengunjung”.

Saya sudah suka dengan perpustakaan ini, hanya saja untuk toilet dan mushola serta j pelayanannya saya harap bisa lebih terstruktur lagi.

Dan … ya! Itu cerita saya tentang kunjungan ke Dispusibda Purwakarta. 

Eh, kan ada satu buku lagi yang saya baca, tapi karena sudah keburu jam istirahat jadinya saya pinjam saja buku itu. Untuk gimana kesan saya terhadap buku berjudul A Libraian’s Diary akan saya di part selanjutnya! Hehe.

Oke, dah …

=====

Judul: Movielife Book: What You Do if Your Life Was a Movie?

Penulis: Rosalia Destarisa dan Diah Rahmawati

Penerbit: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Solo, 2017 (cetakan pertama)

ISBN: 978-602-6328-24-3

Skor pribadi: 4.5/5 ✨

=====

Komentar